ada ideologi di balik komedi.
Nawi Ismail adalah satu dari sekian sutradara yang jarang disebut dalam sejarah perfilman Indonesia. Padahal, ia memiliki karier berusia panjang yang dimulai sejak perkembangan awal gambar idoep pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda sampai masuknya film-film impor ke Indonesia pada masa Orde Baru.
Biang Kerok Kenikmatan: Nawi dalam Sinema Indonesia merangkum hasil penelusuran penulis atas perjalanan karier Nawi yang membentang hampir setengah abad. Perjalanan panjang Nawi dimulai dari menjadi pemeran figuran, pegawai lab film, editor, sinematografer, penulis naskah, produser, sampai akhirnya mengakhiri petualangannya sebagai sutradara film-film komedi populer.
Tidak berhenti pada aspek ketokohan, tujuh film Nawi yang ia sutradarai pada era Orde Baru dikaji dengan pendekatan psikoanalisis dengan penekanan pada aspek tatapan (gaze). Dari sana tampaklah kepiawaian Nawi dalam memanfaatkan komedi untuk mengganggu hegemoni negara, bukan untuk sekadar mengundang tawa.
Dengan memperkenalkan kembali Nawi Ismail, buku ini akan membawa kita tertawa getir bersama si biang kerok kenikmatan dalam sinema Indonesia.
Apakah Nawi Ismail cukup penting untuk dibahas dalam konteks sejarah sinema Indonesia? Menurut saya sangat penting! Rentang kariernya, mengikuti penelusuran Umi, dimulai dari menjadi figuran dalam film laga Matjan Berbisik tahun 1940 sampai menyutradarai dan menulis komedi Memble tapi Kece tahun 1986. Empat puluh enam tahun kerja!
Lisabona Rahman
(kurator, arsiparis, dan programer film)
Komedi dalam film-film Nawi Ismail menjadi penting karena Umi menempatkannya sebagai strategi formal Nawi untuk masuk ke dalam titik politisnya, yaitu menyelipkan “ideologi”-nya sendiri. Dalam kacamata kajian film di Indonesia, hal tersebut berarti mempersoalkan ideologi dominan Orde Baru yang dalam pandangan kebanyakan akademisi film di Indonesia dianggap omnipoten karena menguasai segala ekspresi estetis pada masanya tanpa menyisakan ruang sedikit pun. Pandangan yang ditawarkan Umi sangat segar dalam kajian sinema Indonesia masa Orde Baru.
Eric Sasono
(kritikus film)